T’lah
bersaksilah sang surya beserta sumunarnya
atas
siklus ruang dan waktu yang senantiasa setia
memahatkan
untaian makna tanpa kata-kata berbusa
dari
perjalanan panjangmu yang tanpa desah kelelahan.
Kini di
tepian jalan ini, tak usah kau termangu lama
‘tuk
membuka buku harian tua yang t’lah kausimpan
di
almari kenangan penuh torehan tinta emas dan arang;
atau
menoleh gagu ke belakang, ke samping kiri-kanan
hanya
untuk tahu ada tidaknya tank raksasa melintas.
Ya, di
tepian jalan ini, tegarkanlah hati melangkah
jalan
panjang kehidupan: yang terjal atawa lempang
dengan
bekal sebakul mawar serta anggrek jingga
untuk
kaubagi-bagikan tulus-ikhlas buat sesama
dan
berbuku tembang-tembang kasih dan perdamaian
untuk
kausenandungkan bersama alunan musik
surga
agar
membasuh hati-hati yang berkarat dan membatu-tua
serta
membilas bersih nadi darah yang pekat angkara.
Percayalah,
bumi-langit akan menuntunmu ke kearifan
lewat
ayat-ayat Tuhan yang sengaja tak ditulis oleh-Nya
agar
jiwamu kaya dengan berlaksa-laksa pemahaman
bahwa bumi-langit
adalah wiyata bagi sekalian insan
yang
senantiasa menawarkan serum pencerahan.
Pun
percayalah, mitra, ya penawar ceriaku…
Suatu
saat kau akan dapati cerita perjalananmu
Telah
terpahat lugas di atas Agenda Jiwa Kalbu
Yang
‘kan kauterima tanpa kurang tanpa keliru.
Surabaya, 22 Desember 2000