It’s A Place for Self-Reflection, The World of Words Expressing Limitless Thoughts, Imagination, and Emotions

Jumat, 01 Agustus 2008

Puisi: PESAN IBU UNTUK ANAKNYA, SAJAK IDENTITAS, SEORANG AKU MELIHAT ALAM


Pesan Ibu untuk Anaknya
Anakku, lahirlah engkau, untuk s’lalu membaca:
Dunia ini musti sekolahmu, hidup ini pelajaranmu.
Entah siang entah malam, bacalah langit bersama
mentarinya, rembulan, gemintang, awan, hujan—
dan bacalah bumi nan s’lalu ceria dengan anginnya,
samodera, gunung, hutan, hewan, pun bebatuan,
pepohonan, pesawahan. Bacalah (tentang) insan:
apa yang dimakan, simak, pikir-rasakan, ucapkan dan
lakukan—dan bagaimana insan arungi riak-riak hayat:
entah malam entah siang.
Suatu saat kala semua kauwujudkan dalam hidup
pasti ‘kan kaulihat betapa cuma sebutir zarah engkau
di hamparan gurun pengetahuan yang tanpa batas
atau di balik rahasia kalbu yang tak terungkapkan
‘tuk sekedar tahu Siapa pencipta semua dan bagaimana;
atau, lebih mudahnya, mengapa ikan hidup di air dan
mengapa mereka itu berlainan kelamin—Mengapa?
Namun, anakku, kau pun terlahir untuk s’lalu bernyanyi:
Kebenaran adalah lagumu, sikap-lakumu denting melodi
cinta kasih menjadi lirikmu, nadamu berwujud damai
dan, ingatlah, kemanusiaan itu inspirasi, pun aspirasi…
Lalu, bicaralah singkat, Nak, tapi benar dan bijak
bukan ujaran berdaftar kata-kata yang tanpa makna.
Hong Kong, 25 Agustus 1996
Sajak Identitas
Untuk Anis & Naguib
Jadilah, anakku, jadilah diri sendiri
laksana gurun pasir si rumah segala pedih
yang bukan untuk menjadi istana biru;
atau laksana gunung-&-laut sepakat mewujud
bukan untuk menjadi rumah batu kerikil.
Jadilah, anakku, jadilah kau diri sendiri
laksana burung garuda melanglang tinggi
membaca ayat-ayat alam petang dan pagi;
atau laksana air yang senantiasa basahi
setiap zarah tanah tempat engkau bermain.
Jadilah, anakku, jadilah kau diri sendiri
laksana ilalang bergoyang tiap kali
tanpa lelah, desah, pun tanpa rintih;
sebab engkau bukanlah batu mati
yang tengah kesepian di bibir kali
tanpa sapa angin dan kicau kenari.
Lalu, berdirilah, Nak, bagai seorang hakim
yang memegang traju timbangan nurani
meski di antara tangkai kanan dan kiri
tiada sebuah kenetralan yang sejati.
Engkau, anakku, sungguh, hanyalah engkau
yang segala-galamu bersumber dari mata kalbu.
Madiun, 30 Januari 1994
Seorang Aku Melihat Alam
Di subuhku 40 hari aku melihat alam dengan hati-&-rasa
laksana orangbuta yang tajam indera-perasaannya
yang akrab dengan alam berkat sentuhan;
Di pagiku 4,5 bulan aku melihatnya dengan hati-rasa-mata
meski mataku hanya bintang kecil terbayangi awan
yang kian terang seiring matahari;
Di siangku 40 tahun aku fasih melihat dengan mata-rasa-nafsu
sedang hatiku kerap tersembunyi di balik duniawi
yang tampak indah, tapi tak tahu kemana mesti menepi;
Di soreku 0,25 x 40 bulan aku sibuk berganti kacamata
meski tepi pantai tak kunjung kelihatan pula;
Di senjaku 1,25 x 40 bulan aku melihat dengan rasa-nafsu
sebab mataku terkubur sejuta bayang-bayang
sebab mataku begitu akrab dengan kekaburan;
Di malamku ‘sekian’ x 40 tahun aku terbiasi empat sinar:
Sinar-hati, sinar-rasa, sinar-mata, sinar-nafsu
yang mengejawantah tiga: terang, samar, gelap
berganti-ganti, memisah, menyatu—sangat kabur!
Di pagiku yang kedua, saat alam tampak berbeda
aku hanya melihat dengan Catatan Agenda
tanpa lebih, pun tanpa kurang.
Albuquerque, USA, 09 Desember 1993

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Sebagai orang tua anda memang bijaksana,dan mungkin tak sepenuhnya bisa ku temukan dalam hidupku,karena mungkin memang ada keterbatasan di dalamnya..Tp aku tetap tulus mengagumi dua manusia tangguh yang telah membesarkanku itu..

Samudra memang teramat luas meski tidak tak terbatas..
Kura" berjalan memang lambat,tapi banyak samudra tlah mereka arungi..
Mungkin menjadi kura" itu saja sudah cukup bagiku,meski sebenarnya akupun tak tau alasannya,kenapa jadi kura" saja sudah cukup bagiku...
Sebagai kura" itu, aku butuh tenaga dan petunjuk untuk bisa arungi samudra...
Tlah lama ku susun satu demi satu tenaga itu..hingga sekarang..
Tlah lama pula ku cari petunjuk itu...
Ku temukannya dalam sosok yang pantas di kagumi...
Ku butuh petunjukmu "Sir" untuk mengarungi samudra dunia sastra yang slama ini tlah mampu membuatku berfikir..

Mohon bimbingannya..

my creative forum mengatakan...

Fiki...makasih banyak atas komentarmu yg dalam dan cerdas. Mudah2an engkau mampu menulis puisi yg jauh lebih bagus dan berhasil.

Wish u the best,
mk

aliflailiya mengatakan...

Ungkapan hati dan pikiran sosok orang tua yg benar2 bijaksana dan berpandangan jauh ke masa depan