It’s A Place for Self-Reflection, The World of Words Expressing Limitless Thoughts, Imagination, and Emotions

Minggu, 10 Agustus 2008

Puisi: SERAKAH, SENANDUNG NAPI PELARIAN, BOURBON TENGAH MALAM

Serakah
Nyalimu telah membuang malu
dengan aneka-macam cara dan laku:
Gurita-raksasa tanganmu, buldozer kakimu,
traktor bahumu, truk trailer punggungmu;
kau berangkat membabat dan bebas mengeruk
kota beserta gedung, kekayuan di hutan hijau
laut serta tiram, bebatuan lembah-&-puncak gunung
-- semua habis kauangkut ke gudang rumahmu!
Lalu, kautampar mukamu sendiri tanpa ragu,
tidak kesakitan, ya berkat pipi tembemmu;
kau malah terbahak, selipkan tangan di saku
dan duduk mengongkang kaki setinggi bahu
sambil asyik menghitung-hitung rugi-&-untung.
Lalu, lahap kauisi perutmu dengan bukan punyamu
dan kausempurnakan nafsumu dengan candu
hingga pintu-pintu nurani tersumpal batu-batu
Ah, dasar kamu! Ya, dasar serakah kamu!
Surabaya, Desember 1997
Senandung Napi Pelarian
Tatkala napi pelarian sudah kembali bersih
tepekur mengeja dosa bertobat di bilik jeruji;
masihkah hukuman tua tepat kaupahat abadi
di dinding-dinding nuraninya yang merintih?
Ataukah kau bernafsu kalungkan rantai kesumat
--bagai menghunjamkan mata tombak dan trisula—
di lehernya yang suci oleh getar gemuruh doa
yang telah mengubah anak panah menjadi pagar
taman segala bunga penggoda berpasang lebah?
Tatkala napi pelarian sudah kembali putih
melebihi kau yang sibuk hitung hari & untung-rugi,
masihkah kau enggan mencabut kata-kata berduri
sedang penjara yang ia huni hanyalah barak berbilik
tempat penyesalan menemukan inti kerangka diri
dan mencerahkan gerbang penjara hati nan hakiki?
Ataukah kauabadikan bisikan tulus nurani setia
bahwa percuma kau berlagak suci bagai pendeta
yang (kepadanya) menanamkan benih penyesalan
dan rasa keadilan, penderahan dan harapan;
padahal bukanlah engkau si pembuat sesal
dan bukan engkau si pembuka gerbang taubat,
pembimbing jalan, dan penerima roh dan jiwa?
Pulau Karang “Alcatraz
San Fransisco, USA, 6-7 Desember 1993
Bourbon Street Tengah Malam
Saksikanlah Bourbon Street dengan mata:
Rumah keramaian, pengemis, seniman jalanan—
Cepat atawa lambat—tawar menawar demi uang
Atau berjudi demi sekeping gengsi cuma.
Dan bidadara-bidadari bersayap yang di Surga
Tiada sedikitpun tega meski sekedar menyimak
Jerit rintih Bourbon Street: Rumah khamer & bir
Penari-penari striptease dan supermarket seks
Bersenandung dengan senyum dalam air mata
Dan bebas berteriak dalam kemas kesamaran
--Semua menyalak hingga pagi sinis menjelang.
Saksikanlah Bourbon Street dengan nurani jiwa:
Jiwa-jiwa gontai berlalu-lalang, menggapai makna (?)
Madu kehidupan dengan segala nafsu di gelombang
Samodera ‘ketiadamaknaan’ purna tanpa batas
Menjeritkan haru demi berjuta-juta kepahitan
Memahatkan kembali sebuah legenda Nasib.
New Orleans, Lousiana
USA, 10-11 Desember 1993

Tidak ada komentar: