Durga Gugat | |||||||
Sudah terpahat di setiap jidat dan dada manusia | |||||||
dan setiap garis tangan mereka sejak kanak-kanak: | |||||||
aku adalah pemegang berlaksa-laksa angkara | |||||||
dan perampok jiwa dari hijau dedaunan dan sejuk embun… | |||||||
Mengapa kaubiarkan kupahatkan angkara di setiap jidat dan dada manusia | |||||||
dan setiap garis tangan mereka sejak kanak-kanak? | |||||||
Mengapa tidak kaucegah kupegang dan kukobarkan berlaksa angkara | |||||||
dan menjadi perampok jiwa dari hijau dedaunan dan sejuk embun? | |||||||
Aku adalah korbanmu. Apakah engkau masih berdalih itu garis suratan | |||||||
yang mustahil kauubah, padahal kau bukan kerbau yang dicocok hidungnya? | |||||||
Engkau adalah mahadewa, namun mengapa kau sebegitu tak berdaya | |||||||
atas buku garis suratan yang telah kalian ciptakan dengan semangat? | |||||||
Tidakkah kau juga adalah pengobar bara yang menyala-nyala | |||||||
dengan membiarkanku menyulut bara yang menyala-nyala, | |||||||
padahal engkau adalah mahadewa, yang mestinya sangat berdaya? | |||||||
Kini jawablah, apakah kau sedang bermain-main kuasa | |||||||
dengan membeber permainan kata atas perempuan: | |||||||
aku, hawamu, yang kini sedang gugat di depan lututmu | |||||||
adakah engkau masih punya nurani dan jiwa???? | |||||||
Mercure Hotel, Ancol | |||||||
Jakarta, 8 Juni 2011 |
Minggu, 27 November 2011
Puisi Much. Khoiri: DURGA GUGAT
Selasa, 31 Mei 2011
Cerpen: "DZIKIR"
Much. Khoiri
Ruangan mulai hening membisu, tidak bersuara sepatah kata pun. Lampu gantung yang redup merenung masih membias ke sudut demi sudutnya. Temaram lampu dan sunyi, itu kadang kala suara batuk-batuk ringan.
Kamis, 31 Maret 2011
BOURBON STREET TENGAH MALAM
Much. Khoiri
Saksikanlah Bourbon Street dengan mata:
Rumah keramaian, pengemis, seniman jalanan—
Cepat atawa lambat—tawar menawar demi uang
Atau berjudi demi sekeping gengsi cuma.
Jumat, 25 Februari 2011
Puisi: TATKALA KAWANMU SERBA PUTIH
Tatkala kawanmun telah serba putih
kau masih di sini melahap lumpur dan pasir
meminum darah miskin berselimut kulit fakir
Jumat, 11 Februari 2011
Puisi: THE HOPES OF A SUFI
Much. Khoiri
(... Innallaha wa malaaikatahu yushalluuna 'alan Nabiy; Yaa ayyuhalladzina aamanu shallau 'alaihi wasallimu tasliima...)
(... Innallaha wa malaaikatahu yushalluuna 'alan Nabiy; Yaa ayyuhalladzina aamanu shallau 'alaihi wasallimu tasliima...)
My hope is in what the eyes of man have never seen. So let me not trust in any visible rewards that blind the eyes of my soul, my heart---with which I'd enjoy the rays of Your soul.
Selasa, 01 Februari 2011
Sabtu, 29 Januari 2011
Puisi: NYANYIAN BATU-BATU
Much. Khoiri
Mitra,
Sudah kaupahatkan janji bisu di atas luka
Dengan buncah-buncah yang kian menganga:
Jalan ini t’lah rela jadi agenda abadi
Menorehkan tangis ibu dan rengek bayi.
Sabtu, 22 Januari 2011
Puisi: MEMOAR KITAB TUA
Dalam kolong waktu yang kian penat membawa luka
tertatih-tatih merambah sudut-sudut senyap gulita,
insan tua coba mencari lembar-lembar kitab berserakan
di antara celah langit dan persada yang kian menua
yang bisa berbisik lewat huruf-huruf purbanya
Rabu, 19 Januari 2011
Puisi: Should We be Parted
Much.Khoiri
Should we be parted after two fingers have united in bloods,
So look into your deepest, flowery soul & conscious heart
Where roses we planted there have now been blossoming
And a heartfelt, true promise was once sculptured pink.
Minggu, 09 Januari 2011
Puisi: SAJAK PERPISAHAN
T’lah bersaksilah sang surya beserta sumunarnya
atas siklus ruang dan waktu yang senantiasa setia
memahatkan untaian makna tanpa kata-kata berbusa
dari perjalanan panjangmu yang tanpa desah kelelahan.
Rabu, 05 Januari 2011
Puisi: CINTAKU TAK STABIL
Say, cintaku padamu tak stabil, namun pasang-surut tiap waktu.
Cintaku harini bisa sebesar bumi-cakrawala membentang, tapi entahlah esok hari: Mungkin ia hanya sekecil biji sawi atau sebutir zarah di tengah gurun teramat luas.
Puisi: SEMATAN MELATI DI DAHI
1
Sematan melati di dahi
mendesir menadi
menyetubuhi
mengekali
hati...
mendesir menadi
menyetubuhi
mengekali
hati...
Cerpen: BADUT SUARA
Kehadiran Mas Rustam yang mendesakku agar menyelamatkannya dari jerat gugatan hukum dari wanita idaman lain (WIL)-nya membuat dadaku seakan sesak napas, dan terpaksa harus membongkar perjalanan profesiku: Seorang badut suara!
Langganan:
Postingan (Atom)